WIB

Powered By Blogger

Rabu, 30 Maret 2011

Kehidupan Cinta di Musim Semi

Marilah Sayang.., mari berjalan menjelajahi perbukitan, salju telah mencair dan kehidupan telah menjaga dari kantuknya. Kini mengembara menyusur pegunungan dan jurang-jurang. Mari menapaki jejak musim semi, yang menjelang ladang-ladang jauh, dan mendaki puncak-puncak perbukitan untuk menadah ilham dari tempat ketinggian di atas hamparan ngarai nan sejuk kehijauan.

Fajar musim semi telah membeberkan gaunya dari lipatan penyimpanan ke dalam peti musim dingin. Pada pohon persik dan batang sitrus disangkutkan selendangnya, yang tampil bertebaran bagai pengantin-pengantin putih dalam perhelatan adat malam kedre.

Sulur-sulur daun anggur saling berpelukan bagai kekasih, air parit pun lincah berlompatan menari ria, di sela-sela bebatuan, menyanyikan lagu riang. Dan bunga-bunga meletup bermekaran dari jantung alam, laksana buih-buih bersembulan dari kalbu lautan.

Kemarilah Sayang.., mari mereguk sisa air mata musim dingin, dari piala kelopak bunga lili, dan menentramkan jiwa dengan gerimis nada-nada curahan simfoni burung-burung yang bernyanyi dalam gita sukacita, dan dibius angin mamiri.

Mari duduk di batu besar itu, tempat bunga fiola ungu berteduh dalam persembunyian dan meniru kemanisan mereka dalam pertukaran kasih rindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar